MAKALAH
Belajar dan Pembelajaran
“Pendekatan
Tematik”
Dosen
Pengampu : Drs. H. M. Yusuf Effendi, SE

Disusun
Oleh:
1.
Alfi Rahim (09004375)
2.
Yayah Ameliah (09004391)
3.
Anik Aufatin (11004133)
4.
Rani Rahmawati (11004182)
5.
Eka retna Dia L (11004183)
6.
Analisa Al Adawiyah (11004185)
7.
Lisana Mufida (11004188)
8.
Diana Sholikhah (11004195)
9.
Ria Yulianti (11004197)
10.
Fitria Ukhti Hanifah (11004198)
11.
Qiftiyatul Mukafidhoh (11004204)
12.
Ana Yuliati (11004205)
13.
Putri Hidayati (110042
14.
Kiki Adearni (11004217)
15.
Fitroh Sari (11004223)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012
PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Proses
pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks, guru lebih banyak berhubungan
dengan pola pikir siswa, dimana setiap siswa, siapapun, dimanapun memiliki
setumpuk kata, pikiran, tindakan yang dapat mengubah lingkungan, baik di
keluarga di sekolah maupun di masyarakat. Pembelajaran dengan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi dan metode diharapkan dapat memberi kemungkinan
siswa mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan
tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang berdimensi
ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
Pembelajaran
yang diciptakan baik di kelas maupun di luar kelas dilaksanakan, diharapkan
dapat dikondiskan dalam suasana hubungan siswa dan guru yang saling menerima
dan menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan menyenangkan dengan prinsip ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, (di depan
memberikan contoh dan teladan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di
belakang memberikan daya dan kekuatan). Terlebih bagi siswa yang masih berada
di kelas 1, 2 dan 3, yang masih memerlukan bimbingan, perhatian, sebagaimana
pelayanan para orang tua yang dengan kasih sayang membimbing mereka.
Pelaksanaan
pembelajaran seyogyanya dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, multisumber belajar serta teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan
sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar). Sebuah model
pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan untuk disesuaikan
dengan kondisi siswa di masing-masing sekolah.
Pengertian Pendekatan
Tematik
Konsep
pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang
tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner
dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu.
Pembelajaran tematik merupan suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna disini
memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan
nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran.
Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik
tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran
untuk pembuatan keputusan.
BNSP (2006:35)
menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik menempati posisi penting
dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu pendidik dituntut harus
mamapu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap
peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup
dimasyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar
disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di sekolah sedapat mungkin
memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya.
Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding
hanya sekedar keterampilan.
Pemahaman Konsep Pendekatan
Pembelajaran Tematik
Suatu pemikiran
tentang pembelajaran tematik sudah dilakukan sejak konsep kurikulum 2004 mulai
digulirkankan. Hal ini mengacu pada hakekat perkembangan anak terutama yang
sedang berada di posisi kelas awal, kalau diistilahkan kelas rendah yaitu kelas
1, 2, dan kelas 3.
Ciri utama dari
perkembangan anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah adalah pemikiran mereka
masih bersifat holistik, perkembangan anak bersifat terpadu. Aspek perkembangan
yang satu masih terkait erat antara yang satu dengan yang lainnya dan
mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Perkembangan fisik tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional, demikian juga
sebaliknya. Perkembangan anak akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan
lingkungan kesehariannya, mulai dari lingkungan yang terdekat ke lingkungan
yang semakin jauh, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam menyiapkan
pembelajaran di kelas awal ini guru perlu mempertimbangkan beberapa aspek agar
pembelajaran dapat berdaya guna dan berhasil guna. Belajar secara menyenangkan
sangatlah dianjurkan agar supaya siswa tidak merasa sedang di format untuk
mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan, melainkan dengan pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan siswa tidak merasakan bahwa dia sebenarnya sedang
belajar dan sedang mentransformasi suatu ilmu pengetahuan ke dalam dirinya,
karena suasananya yang ”Joyfull Learning”
Pembelajaran
dengan pendekatan tematik bertolak dari suatu topik atau tema tertentu yang
dipilih guru dengan atau bersama anak. Di mana konsep-konsep suatu mata
pelajaran saling terkait dan dijadikan sebagai alat dan wahana untuk
mempelajari dan menjelajahi suatu topik atau tema. Belajar dengan pendekatan
tematik ini lebih banyak menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar,
membuat anak menjadi aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan
keputusan. Pembelajaran ini cocok sekali dengan konsep dari John Dewey yaitu
Learning by Doing.
Dalam menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik ini perlu disajikan contoh
model penerapan pembelajaran tematik agar guru memperoleh gambaran secara utuh.
Model penerapan pendekatan tematik yang secara utuh diawali dengan pemetaan
kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran, kemudian dibuat jaringan KD dan
Indikator, setelah itu dituangkan ke dalam format silabus, dari silabus ini
dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran
tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu melalui tema sebagai pemersatu kegiatan yang memadukan
beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Karena siswa dalam memahami
berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.
Pembelajaran
terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran diyakini sebagai pendekatan
yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak.
Pelaksanaan pendekatan ini berawal dari suatu tema dan atau topik yang dipilih/dikembangkan dan ditemukan oleh guru dan atau bersama anak. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, maka pembelajaran terpadu ini tampak lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar. Membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Memberikan pengalaman langsung pada anak dan tidak tampak adanya pemisahan antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya. Menyajikan materi dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat fleksibel dan hasil pembelajarannya dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Pelaksanaan pendekatan ini berawal dari suatu tema dan atau topik yang dipilih/dikembangkan dan ditemukan oleh guru dan atau bersama anak. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, maka pembelajaran terpadu ini tampak lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar. Membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Memberikan pengalaman langsung pada anak dan tidak tampak adanya pemisahan antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya. Menyajikan materi dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat fleksibel dan hasil pembelajarannya dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
dengan menggunakan tema berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami
dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta menambah semangat
karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna serta
dikenal oleh anak.
Pemilihan
dalam pembelajaran tema bertujuan agar supaya anak dapat:
1.
Mudah
memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
2.
Mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema
yang sama;
3.
Memiliki
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4.
Mengembangkan
kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi anak;
5.
Lebih
bergairah belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata
seperti: bertanya, bercerita, menulis, sekaligus mempelajari mata pelajaran
yang lain;
6.
Lebih
merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks
tema yang jelas;
7.
Guru
dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan bahkan lebih
dan/atau pengayaan;
8.
Budi
pekerti dan moral anak dapat ditumbuhkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi
pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Ciri-ciri
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
terpadu memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1.
Berpusat
pada anak;
2.
Memberikan
pengalaman langsung pada anak;
3.
Pemisahan
antara bidang studi/mata pelajaran dalam tidak begitu jelas;
4.
Menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi/mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran;
5.
Bersifat
luwes;
6.
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Tema berperan
sebagai pemersatu kegiatan yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus,
dengan membuat pembelajaran tematik, yaitu terpadu antara kelompok mata
pelajaran Agama (Akhlak Mulia/Budi Pekerti/Tata krama), Pendidikan
Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang terdiri
dari: (Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan
Alam), Estetika (Seni Budaya – Keterampilan), dan Jasmani dan Olah Raga dan
kesehatan. Khusus untuk mata pelajaran agama, tidak diberikan contoh perpaduan
dalam tematik, dikarenakan di Indonesia ada beberapa agama yang diakui (Islam,
Katolik dan Protestan, Hindu dan Budha), maka harapan penulis agar sekolah
menyesuaikan dengan karakteristik keagamaannya masing-masing.
Dan khusus untuk
mata pelajaran agama ini disarankan agar guru kelas dapat berkoordinasi dengan
guru agama dan juga guru olah raga untuk bersama-sama membuat kesepakatan
mana-mana indikator yang akan dibelajarkan bersama-sama dalam naungan tema dan
mana yang akan dibelajarkan oleh guru agama dan guru olah raga. Penyepakatan
ini mengacu pada bobot penyajian sebagaimana yang tertuang di dalam ketentuan
Kerangka Dasar Kurikulum yang disebutkan: 15% untuk Agama, 50% untuk Calistung
(baca, tulis dan hitung), 35% untuk Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian,
Iptek (Bahasa, IPA, IPS dan Matematika), Estetika, Olah Raga dan Kesehatan
Alokasi waktu
yang disediakan total adalah 26 jam pelajaran perminggu untuk kelas 1, 27 jam
pelajaran perminggu untuk kelas 2 dan 28 jam pelajaran perminggu untuk kelas 3.
sedangkan jumlah minggu efektif tersedia antara 34 – 40 minggu. Dan untuk
kepentingan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
misalnya ditetapkan 36 minggu efektif dalam satu tahun, sehingga masing-masing
semester tersedia 18 minggu.
Pembelajaran
tematik bagi siswa kelas 1, 2, dan 3 ini tidak dikenal adanya jadwal pelajaran.
Karena pembelajarannya harus dilakukan oleh guru kelas yang menyajikan secara
terpadu dalam naungan sebuah tema. Jadi jadwal penyajiannya adalah pelajaran
tema yang memuat beberapa mata pelajaran sekaligus. Apabila terdapat kompetensi
dasar dan indikator yang dibuat ternyata diketahui tidak dapat dipadukan dalam
sebuah tema, maka khusus indikator-indikator tersebut perlu dibuatkan tema
tersendiri agar dapat mencapai ketuntasan kompetensi dasar.
Prinsip
Pemilihan Tema
Pembelajaran
terpadu yang diikat dengan sebuah tema tertentu disebut juga sebagai
pembelajaran tematik. Dalam penyusunannya guru perlu melihat semua kurikulum
dan silabus dari semua mata pelajaran untuk menemukan dan menentukan tema dan
atau topik yang bisa dikaitkan atau dipadukan. Penentuan tema atau topik yang
dipilih diharapkan melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang terkait dengan
sesuatu yang menjadi bagian dalam kehidupan siswa. Pemilihan dan penentuan tema
atau topik yang merupakan pemersatu mata pelajaran, dan dengan adanya tema
tersebut tidak dikehendaki bahwa mata pelajaran tidak dapat dibahas. Apapun
tema yang akan dimunculkan seyogyanya tidak menghalangi masuknya indikator dari
kompetensi dasar dari sebuah mata pelajaran yang akan dibahas.
Oleh karena itu perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
Oleh karena itu perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Tema tidak terlalu luas, namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk
memadukan banyaknya mata pelajaran
2. Tema bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3. Tema harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak
4. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak
di sekolah/kelas
5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
6. Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap
hasil belajar siswa.
7. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
Setelah guru
memiliki tema, langkah berikutnya adalah membuat jaringan Kompetensi Dasar (KD)
dan indikator. Semua KD dan indikator yang telah dibuat dari semua mata
pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia,, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Estetika/Seni – Budaya dan Olah
Raga – Jasmani dan Kesehatan) ditulis dalam jaringan.
Model Pembelajaran Dengan
Pendekatan Tematik
Model
pembalajaran dengan pendekatan tematik khususnya siswa kelas 1, 2 dan 3 melalui
beberapa tahapan antara lain, 1) guru harus sudah memiliki tema untuk satu
tahun; 2) guru melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari kurilulum 2004; 3) membuat hubungan antara kompetensi dasar,
indikator dengan tema; 4) membuat jaringan indikator; 5) menyusun silabus
tematik dan langkah keenam adalah penyusunan rencana pembelajaran tematik.
Langkah-langkah tersebut akan dibahas satu per satu di bawah ini.
1.
Pemilihan
Tema
Penentuan tema
yang akan dikembangkan di kelas 1 2 dan 3 dapat mempertimbangkan kriteria
pembuatan tema seperti yang tertulis di depan tadi.
2.
Analisis
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Kegiatan
untuk melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang
sesuai dengan tema dapat diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah. Dengan
demikian kegiatan ini tidak perlu dilakukan secara tersendiri, tetapi dapat dilaksanakan
bersamaan dengan penentuan jaringan indikator.
3.
Hubungan
Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema
·
Mengidentifikasi semua indikator dan
kompetensi dasar dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia,
Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu
Pengetahuan Alam, Seni-Budaya dan Olah Raga Jasmani dan Kesehatan)
·
Memasukkan hasil identifikasi ke dalam
format (tabel) hubungan indikator dan kompetensi dasar ke dalam tema yang
relevan
·
Jika ada indikator dan kompetensi dasar
yang tidak bisa dimasukkan ke dalam suatu tema, maka indikator dan kompetensi
dasar tersebut dibuatkan atau dicarikan tema khusus dan disajikan tersendiri,
baik oleh guru kelas maupun oleh guru mata pelajaran (terutama indikator dan
kompetensi dasar Agama dan Penjas)
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Menurut Kunandar (2007:315), Pembelajaran tematik
mempunyai kelebihan yakni:
1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan
yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang
dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Selain kelebihan di atas
pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran
tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang
guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran
tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata
pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode
yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak
akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
http://nasuprawoto.wordpress.com/2009/12/17/pendekatan-pembelajaran-tematik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar