MAKALAH STUDI ISLAM
2
IMAN KEPADA
PARA MALAIKAT
Dosen
Pengampu : Abdul Mukhlis

Disusun
Oleh:
1.
Lisana Mufida (11004188)
2.
Diana Sholikhah (11004195)
3.
Ria Yulianti (11004197)
4.
Fitria Ukhti Hanifah (11004198)
5.
Qiftiyatul Mukafidhoh (11004204)
PENDIDIKAN BAHASA
INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD
DAHLAN
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Malaikat
adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta
ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya
kekuatan. Dalam ajaran agama islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui
dari banyak malaikat yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui.
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman.
Iman
kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak
dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah.
Allah
menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat
kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah
pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya. Walaupun manusia tidak
dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat
dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
kita mengimani malaikat ?
2. Apa saja
hal – hal yang perlu diketahui dalam megimani malaikat ?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian iman kepada malaikat.
2. Menjelaskan
cara mengimani malaikat.
3. Menjelaskan
apa saja hal – hal yang perlu diketahui dalam mengimani malaikat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya
percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan
hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan
demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa
Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya,
kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal
perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin
(orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga
unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai
orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu
telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila
kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang
sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman
kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
B.
Pengertian Malaikat
Menurut bahasa “ مَلَا ئِكَةٌ “ bentuk jama’ dari “ مَلَكٌ “.
Disebutkan bahwa kalimat itu berasal dari kata “ أَلُوكَةُ “ (risalah), dan ada
yang menyatakan dari “ لأَ كَ “ (mengutus), kemudian sang pembawa misi biasanya
disebut dengan Ar-Rasul
dan ada pula yang berpendapat selain dari keduanya. Adapun menurut istilah,
malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah yang Ia ciptakan khusus
untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta mengerjakan semua tugas-tugasnya.
Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
“Dan
kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang
di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya, dan tiada
(pula) mereka letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada
henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’: 19-20)
Juga sebagaimana firman Allah , “Dan mereka berkata, ‘Tiada yang
Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’. Maha Suci Allah. Sebenarnya
(malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tiada
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”
(QS. Al-Anbiya’: 26-27)
C.
Iman Kepada Malaikat
Salah satu makhluk Allah swt. yang diciptakan di
alam ini adalah malaikat. Dia bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat
dilihat ataupun disentuh dengan panca indra manusia. Sebagai muslim kita
diwajibkan beriman kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk
rukun iman yang kedua. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada
malaikat berarti meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari
Allah. Dasar yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat
berikut ini yang artinya:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi,
yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam
urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.”
(Q.S. Fatir: 1)
Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat
Muslim tentang iman dan rukunnya. Dari Abdullah bin Umar, ketika diminta untuk
menjelaskan iman, Rasulullah bersabda, “iman itu engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari akhir serta
beriman kepada ketentuan (takdir) yang baik maupun yang buruk.” Dalam hadits
tersebut, percaya kepada malaikat merupakan unsur kedua keimanan dalam Islam.
Percaya kepada malaikat sangatlah penting karena akan dapat memurnikan dan
membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik.
Dari ayat dan hadits di atas dapat diketahui
bahwa beriman kepada malaikat merupakan perintah Allah dan menjadi salah satu
syarat keimanan seseorang. Kita beriman kepada malaikat karena Al Qur’an dan
Nabi memerintahkannya, sebagaimana kita beriman kepada Allah dan Nabi-Nya.
Beriman
kepada Malaikat Meliputi Hal-hal Berikut Ini:
1.
Mengimani keberadaan para
malaikat. Yakni para Malaikat itu termasuk alam ghaib, namun nyata adanya.
Para Malaikat itu
juga memiliki fisik/jasad, sebagaimana dalam firman Allah subhaanahu wa
ta’aalaa (yang artinya):
“Segala puji
hanya khusus bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai
sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (Fathir: 1)
Maka termasuk
kesalahan dalam beragama jika meyakini bahwa para Malaikat itu hanyalah simbol
dari kekuatan maknawi, bukan makhluk yang memiliki substansi dan jasad.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan
bahwa ketika beliau Isra` dan Mi’raj, di langit ketujuh diperlihatkan kepada
beliau al-Baitul Ma’mur, yang di rumah suci tersebut para Malaikat
beribadah di dalamnya. Setiap harinya 70.000 malaikat masuk ke dalamnya
kemudian keluar dan tidak pernah kembali lagi, demikian seterusnya setiap hari.
Ini menunjukkan bahwa jumlah para Malaikat itu sangat banyak, tidak ada yang
mengetahui jumlah mereka kecuali Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
2.
Mengimani nama-nama para Malaikat yang
terdapat dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Seperti Malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, Munkar, Nakir, Malik, dan
yang lainnya. Adapun yang tidak disebutkan namanya maka kita mengimani secara
global bahwa mereka ada. Perlu diketahui, tidak semua Malaikat disebutkan
namanya dalam Al-Qur`an atau hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan banyak pula yang hanya disebutkan sifat atau tugasnya, namun tidak
disebutkan namanya.
Adapun nama ‘Izrail, yang dikenal sebagai malaikat pencabut nyawa, maka
nama tersebut tidak ada dasarnya dari Al-Qur`an maupun dari hadits Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Nama ‘Izrail berasal dari sumber
Israiliyyat (riwayat-riwayat Bani Israil). Dalam Al-Qur`an disebut “Malakul
Maut” (QS. As-Sajdah: 11).
3.
Mengimani sifat-sifat para Malaikat
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam.
Seperti Malaikat Jibril ‘alaihis salaam yang Allah
subhaanahu wa ta’aalaa sebutkan sifat-sifatnya dalam Al-Qur`an sebagai
malaikat yang mulia, kuat, berwibawa, terpercaya, dan memiliki bentuk yang
indah.
“Sesungguhnya
Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia
(Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi
Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi
dipercaya.” (At-Takwir: 19-21)
“Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai bentuk yang
indah; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (An-Najm: 5-6)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan
bahwa beliau pernah menyaksikan Jibril dalam wujud aslinya yang memiliki 600
sayap (HR. al-Bukhari 3232, Muslim 147). Dari
sayap tersebut bertebaran aneka warna yang merupakan mutiara-mutiara indah dan
batu-batu yakut!! (HR. al-Baihaqi dalam Dala`il
an-Nubuwwah II/372).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang
para Malaikat pemikul ‘Arsy, bahwa mereka memiliki fisik yang sangat besar,
jarak antara cuping telinga dengan pundaknya adalah sejauh perjalanan 700 tahun
!! (HR. Abu Dawud 4727, al-Baihaqi dalam al-Asma’
wa ash-Shifat 846)
4.
Mengimani tugas-tugas Malaikat yang disebutkan
dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa adalah Dzat yang Maha Sempurna
dan Maha Kuasa, yang sama sekali tidak butuh bantuan siapapun dalam mengurus
alam semesta ini. Namun dengan segala hikmah-Nya, Allah subhaanahu wa
ta’aalaa menghendaki dan memerintahkan para Malaikat untuk mengurus
beberapa urusan di alam semesta dengan izin-Nya. Jibril bertugas
menyampaikan wahyu kepada para rasul, yang dengannya terwujud kehidupan hati
dan ruh. Mikail bertugas mengurus hujan, yang dengannya terwujud kehidupan
badan. Israfil bertugas meniup sangkakala, yang dengannya terwujud kehidupan
kembali (kebangkitan) setelah kematian. Tiga malaikat ini merupakan malaikat
yang terbesar dan paling utama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam
salah satu do’a iftitah yang dibaca pada shalat malam mengatakan:
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ
وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ، عَالِمَ الغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ
“Ya Allah,
Rabb yang mengatur Jibril, Mikail, dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Maha
Mengetahui yang ghaib maupun yang tampak … “ (HR.
Muslim 770). Di antara ketiga malaikat tersebut, yang paling utama
adalah Jibril.
Malik bertugas mengurus neraka, ada juga malaikat yang mengurus jannah
(surga), disebutkan dia bernama Ridwan. Malakul Maut bertugas mencabut nyawa.
Ada juga para malaikat yang bertugas memikul ‘Arsy.
Di antara para malaikat tersebut ada pula yang ditugaskan oleh Allah
subhaanahu wa ta’aalaa untuk mengurus manusia, sehingga malaikat memiliki
hubungan yang sangat erat dengan umat manusia. Para malaikat adalah makhluk
yang sangat menginginkan kebaikan dan keselamatan untuk manusia. Berbeda dengan
syaithan, makhluk yang sangat menginginkan kejelekan dan kecelakaan bagi umat
manusia. Oleh karena itu, banyak dalil-dalil yang menyebutkan bahwa para
malaikat mendoakan kaum mukminin, di antaranya:
“(Malaikat-malaikat)
yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Rabb mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi
orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu
Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang
bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan jagalah mereka dari siksaan neraka
yang menyala-nyala.” (Ghafir : 7)
Termasuk pada saat yang kritis/genting, yakni ketika sakaratul maut,
para malaikat turun memberikan dukungan kepada orang beriman. Allah
subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka para malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
bergemberilah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kami (para
malaikat) adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.“ (Fushshilat: 30-31)
Bahkan di jannah (surga) kelak, para malaikat akan mengucapkan salam
kepada kaum mukminin penghuni jannah. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman
(yang artinya):
وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ
بَابٍ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Sedang para
malaikat masuk ke tempat-tempat mereka (jannah) dari semua pintu; (sambil
mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atas kalian berkat
kesabaran kalian). Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 23-24)
D.
Batasan Minimal Iman kepada Malaikat
Syaikh
Shalih bin `Abdul `Aziz Alu Syaikh hafidzahullah mengatakan:
“Batas minimal (iman kepada malaikat) adalah keimanan bahwasanya Allah
menciptakan makhluk yang bernama malaikat. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang
senantiasa taat kepada-Nya. Mereka merupakan makhluk yang diatur sehingga tidak
berhak diibadahi sama sekali. Diantara mereka ada malaikat yang ditugasi untuk
menyampaikan wahyu kepada para Nabi.” (Syarh Arbain Syaikh Shalih Alu Syaikh)
E.
Bertambah Iman Seiring dengan Bertambahnya Ilmu
Setelah itu,
setiap kali bertambah ilmu seseorang tentang rincian hal tersebut (malaikat),
wajib baginya mengimaninya. Dengan begitu, maka imannya akan bertambah.
Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan apabila
diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang
berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya)
surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya,
dan mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah: 124)
F.
Hakikat malaikat
Syaikh DR.
Muhammad bin `Abdul Wahhab al-`Aqiil mengatakan, “Dalil-dalil dari al-Qur`an,
as-Sunnah, dan ijma` (kesepakatan)
kaum muslimin (tentang malaikat) menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
- Malaikat merupakan salah satu makhluk di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah.
- Allah menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah menciptakan jin dan manusia juga untuk beribadah kepada-Nya semata.
- Mereka adalah makhluk yang hidup, berakal, dan dapat berbicara.
- Malaikat hidup di alam yang berbeda dengan alam jin dan manusia. Mereka hidup di alam yang mulia lagi suci, yang Allah memilih tempat tersebut di dunia karena kedekatannya, dan untuk melaksanakan perintah-Nya, baik perintah yang yang bersifat kauniyyah, maupun syar`iyyah.
Allah Ta`ala berfirman
yang artinya: “Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah telah
mengambil (mempunyai) anak’, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat
itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya
dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui
segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka,
dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah,
dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan barangsiapa di
antara mereka, mengatakan: ‘Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada
Allah’, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami
memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.” (QS. Al-Anbiyaa`: 26
– 29)
G.
Asal Penciptaan Malaikat
Allah Ta`ala menciptakan
malaikat dari cahaya. Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam hadits dari Ummul Mu`minin `Aisyah radhiyallah `anha,
dia mengatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Malaikat diciptakan dari cahaya.” (HR. Muslim)
H.
Wujud Malaikat
Termasuk syarat sah keimanan seseorang kepada malaikat adalah mengimani
wujud (keberadaan) malaikat. Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari
cahaya. Wujud mereka benar-benar ada, tidak sebagaimana keyakinan orang-orang
yang sesat. Mereka mengingkari tentang keberadaan malaikat sebagai makhluk
(mereka mengingkari jism malaikat). Mereka mengatakan bahwa malaikat
hanyalah kiasan dari kekuatan maknawi berupa kekuatan baik yang tersembunyi
dalam diri para makhluk. Anggapan seperti ini berarti mereka telah mendustakan
Al Quran, hadist-hadist Nabi yang shahih, dan ijmaa’ (kesepakatan)
kaum muslimin. Padalah Allah Ta’ala berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ
فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً أُوْلِى
أَجْنِحَةٍ مَّثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَايَشَآءُ إِنَّ
اللهَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji
bagi Allah Pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”(QS. Faathir:1)
Allah Ta’ala juga
berfirman,
وَلَوْ تَرَى إِذْ
يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلاَئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ
وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Kalau kamu
melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) :”Rasakanlah olehmu siksa neraka
yang membakar” (QS. Al Anfaal:50)
Di dalam shahih Bukhari juga disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika Allah mencintai seorang
hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasanya Allah mencintai fulan
maka cintailah fulan, dan Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril pun
mengumumkan kepada penghun langit bahwasnya Allah mencintai fulan, maka
cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan. Kemudian
dikabulkanlah permohonanya di dunia” (H.R. Bukhori)
Dalil-dalil di atas secara gamblang menjelaskan bahwa malaikat itu
makhluk yang diciptakan Allah (berjism) dan bukanlah kekuatan maknawi
sebagaiamana anggapan orang-orang sesat, dan kaum muslimin telah ijma’
(bersepakat) berdasarkan dalil-dalil tersebut. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh
Ibnu Utsaimin)
I.
Jumlah Malaikat
Jumlah
mereka sangat banyak. Hanya Allah saja yang tahu berapa banyak jumlah mereka.
Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan tidak ada yang
mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.” (QS.
Al-Muddatstsir: 31) Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallammelakukan Isra` Mi`raj, berkata Jibril `alaihis salam kepada
beliau: “Ini adalah Baitul Ma`mur. Setiap hari shalat di dalamnya
70 ribu malaikat. Jika mereka telah keluar, maka mereka tidak kembali
lagi…. ” (Muttafaqun `alaihi)
J.
Sifat Malaikat
Untuk
mengenal malaikat, maka kita perlu mengenal sifat-sifatnya, yang dapat kita
ketahui melalui Al Qur’an. Sifat-sifat malaikat tersebut antara lain :
·
Malaikat diciptakan dari cahaya.
"Para malaikat diciptakan Allah dari cahaya, dan diciptakan-Nya jin
dari api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang dijelaskan pada kalian."
(HR. Muslim dari Aisyah r.a.)
Karena
malaikat diciptakan dari cahaya, maka mereka tentu mewarisi sifat cahaya,
sebagaimana manusia mewarisi sifat tanah. Para malaikat tidak bisa kita lihat,
dan mampu bergerak secepat cahaya.
- Malaikat mempunyai kemampuan yang luar biasa dengan ijin-Nya.
Diantara
kemampuan malaikat, mereka bisa berubah wujud, bahkan mampu mengangkat
singgasana (‘arsy) Allah.
"…Dan, pada hari itu delapan malaikat
menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka." (Al Haqqah : 16)
- Para malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia.
Hal ini
nampak dengan jelas tersirat pada surat Al Baqarah 30;
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpankan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan
berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
- Malaikat selalu patuh dan taat kepada Allah.
Mereka
senantiasa bertaqarrub kepada Allah dan sangat takut kepada-Nya.
"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di
sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah daan mereka
mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud." [Al A’raf :
206]
- Malaikat dijadikan Allah sebagai penyampai wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
"Dia menurunkan para malaikat dengan membawa
wahyu dengan perintahNya, kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hambaNya; ‘Peringatkanlah olehmu sekalian bahwasanya tidaak ada Tuhan
yang hak melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku’."(An Nahl
: 2)
- Diantara para malakiat ada yang bertugas menyertai manusia.
Salah satu
tugas malaikat tersebut adalah mencatat perbuatan orang-orang mukallaf, tanpa
lalai sedikit pun.
"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat
amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lainnya duduk di
sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." [QS. Qaaf: 17-18]
Selain itu
ada pula malaikat yang menjaga kita dari bencana atau dampak negatif.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah…"[Ar-Ra’d : 11]
- Jumlah malaikat sangatlah banyak, tiada yang mengetahui kecuali Dia.
" …Dan tidak ada yang mengetahui tentara
Tuhanmu melainkan Dia sendiri …" [Al Muddatstsir : 31]
Bahkan dalam
sebuah hadits shahih, dikisahkan Rasulullah bersabda : "Bisinglajh
(suasana) di langit, dan memang sudah semestinya demikian, Tidaklah ada tempat
pijakan telapak kaki kecuali terdapat padanya malaikat bersujud atau
beruku’." (HR, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ath Thabari, dsb.)
K.
Ke-ma`shum-an Malaikat
Allah Ta`ala telah
manjadikan malaikat sebagai makhluk yang ma`shum, dimana
mereka tidak akan pernah bermaksiat kepada-Nya. Allah Ta`alaberfirman: “Dan
mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’,
Maha Suci Allah….” (lihat QS. Al-Anbiyaa`: 26 – 29 di atas)
L.
Macam-macam malaikat
dan tugasnya
Malaikat adalah hamba Allah yang dimuliakan dan utusan
Allah yang dipercaya. Allah menciptakan mereka khusus untuk
beribadah kepada-Nya. Mereka bukanlah putra-putri Allah dan bukan pula
putra-putri selain Allah . Mereka membawa risalah Allah , dan menunaikan tugas
masing-masing di alam ini. Mereka juga bermacam-macam, dan masing-masing
mempunyai tugas-tugas khusus. Di antara mereka adalah:
1)
Malaikat yang ditugasi
menyampaikan (membawa) wahyu Allah kepada Rasul-Nya . Ia adalah Ar-Ruh
Al-Amin atau Jibril .
Allah
berfirman:
“Dia dibawa
turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS. Asy-Syu’ara: 193-194)
Allah menyifati Jibril dalam tugasnya menyampaikan
Al-Qur’an dengan sifat-sifat yang penuh pujian dan sanjungan:
“Sesungguhnya
Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia
(Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi
Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi
dipercaya.” (QS. At-Takwir: 19-21)
2)
Malaikat yang diserahi urusan
hujan dan pembagiannya menurut kehendak Allah .
Hal ini
ditunjukkan oleh hadits Muslim dan Abu Hurairah , dari Nabi , beliau bersabda:
“Tatkala
seorang laki-laki berada di tengah lapang (gurun) dia mendengar suara di awan,
‘Siramilah kebun fulan’, maka menjauhlah awan tersebut kemudian menumpahkan air
di suatu tanah yang berbatu hitam, maka saluran air di situ –dari
saluran-saluran yang ada- telah memuat air seluruhnya…” (HR. Muslim, 4/2288).
Ini menunjukkan
bahwa curah hujan yang dilakukan malaikat sesuai dengan kehendak Allah.
3)
Malaikat yang diserahi terompet
shur (sebagaimana yang ditafsirkan Rasulullah adalah tanduk yang ditiup), yaitu
Israfil .
Ia meniupnya
sesuai dengan perintah Allah dengan tiga kali tiupan; Tiupan Faza’
(ketakutan), Tiupan Sha’aq (kematian), dan Tiupan Ba’ts (kebangkitan).
Begitulah yang disebut Ibnu Jarir dan mufassir lainnya ketika menafsiri firman
Allah :
“…di waktu
sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan Nampak, dan Dialah Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 73)
Dan firman Allah :
“…kemudian
ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (QS. Al-Kahfi: 99)
Dan ayat-ayat
lainnya yang ada sebutan, “an-nafkhu fishshur” (meniup terompet).
4)
Malaikat yang ditugasi mencabut
ruh, yakni malaikat maut dan rekan-rekannya.
Tentang tugas
malaikat ini Allah berfirman:
“Katakanlah:
“Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu,
kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)
Allah juga
berfirman, “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua
hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh
malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan
kewajibannya.” (QS. Al-An’am: 61)
5)
Para malaikat penjaga Surga.
Allah
mengabarkan mereka ketika menjelaskan perjalanan orang-orang bertakwa
dalam firman-Nya:
“Dan
orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang
pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
“Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga
ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. (QS. Az-Zumar:
73)
6)
Para malaikat penjaga Neraka
Jahannam, mereka itu adalah Zabaniyah.
Para pemimpinnya
ada 19 dan pemukanya adalah malaikat Malik . Hal ini ditunjukkan oleh firman
Allah ketika menyifati Neraka Saqar:
“Tahukah kamu
Apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan,
(neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas
(Malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari
Malaikat.” (QS. Al-Mudatstsir: 27-31)
Dan Allah bercerita
tentang penduduk Neraka:
“Mereka
berseru, ‘Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja’. Dia menjawab, ‘Kamu
akan tetap tinggal (di Neraka ini).” (QS. Az-Zukhruf:
77)
7)
Para malaikat yang ditugaskan
menjaga seorang hamba dalam segala keadaan/ihwalnya.
Mereka adalah
(malaikat) Mu’aqqibat, sebagaimana yang diberitakan Allah dalam
firman-Nya:
“Sama saja
(bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang
berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan
yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.”
(QS. Ar-Ra’d: 10-11)
Dan firman Allah :
“Dan Dialah
yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga…” (QS. Al-An’am:
61)
8)
Para malaikat yang ditugaskan
mengawasi amal seorang hamba, amal yang baik maupun amal yang buruk.
Mereka adalah
Al-Kiram Al-Katibun (para pencatat yang mulia). Mereka masuk dalam golongan
Hafadzhah (para penjaga), sebagaimana firman Allah :
“Apakah mereka
mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?
sebenarnya (kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu
mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 80)
Allah juga
menyatakan, “(Yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang
selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18)
Juga, “Padahal
Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),
yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12)
Dan ayat-ayat
serta hadits-hadits yang menyebut tentang mereka banyak sekali.
Perbedaan
malaikat, jin, syetan, dan iblis
Malaikat
|
Jin
|
Syetan
|
Iblis
|
Makhluq yang selalu taat kepada
Allah
|
Ada yang taat dan ada yang tidak
|
Tidak taat dan membangkang kepada
Allah
|
Iblis adalah nenek moyang dari
syetan, yang Allah usir dari surga. Sifat-sifat Iblis sama dengan syetan.
|
Berbuat kebajikan, beribadah
kepada Allah
|
Ada yang beribadah dan beriman,
ada juga yang kufur
|
Kufur, mengajak berbuat dosa dan
melanggar perintah Allah
|
|
Diciptakan dari Nur (cahaya)
|
Diciptakan dari api
|
Diciptakan dari api
|
|
Tidak makan-minum, tidak tidur,
tidak beranak
|
Makan-minum, tidur, dan beranak
|
Makan-minum, tidur, dan beranak
|
M.
Hubungan malaikat
dengan manusia
Allah mewakilkan kepada malaikat urusan semua makhluk termasuk
urusan manusia. Jadi mereka mempunyai hubungan yang erat dengan manusia
semenjak ia berupa sperma. Hubungan ini dijelaskan Imam Ibnul Qayyim dalam
kitabnya “Ightsatul Lahfan”, beliau berkata, “…mereka diserahi urusan
penciptaan manusia dari satu fase ke fase yang lain, pembentukannya,
penjagaannya dalam tiga lapis kegelapan (yaitu pembungkus janin dalam rahim;
dua khusus janin dan ketiga khusus rahim. Ketiga lapis itu adalah saqith,
kuriyan dan aminus. Ketiganya berfungsi mencegah suara, cahaya dan panas sampai
kepada janin, pen), penulisan rizqi, amal, ajal, nasib celaka dan bahagianya,
menyertainya dalam segala ihwalnya, perhitungan ucapan dan perbuatannya, penjagaannya
dalam hidupnya, pencabutan ruhnya ketika meninggal, pembawa ruhnya ketika
meninggal, pembawa ruhnya ketika untuk diperlihatkan kepada Penciptanya.
Para malaikat-lah yang ditugasi mengurus adzab dan nikmat dalam barzakh
dan sesudah kebangkitan. Mereka ditugasi membuat alat-alat kenikmatan dan
adzab. Mereka yang meneguhkan (iman) bagi hamba yang mukmin dengan izin Allah ,
yang mengajarkan baginya apa yang bermanfaat, yang berperang membelanya.
Merekalah para walinya (penolongnya) di dunia dan di akherat. Mereka yang
menjajikannya kebaikan dan mengajak kepadanya, melarang kejahatan serta
memperingatkannya. Maka mereka adalah wali dan ansharnya, penjaga dan mu’allim
(pengajar)-nya, penasihat yang berdo’da dan beristighfar untuknya, yang selalu
bershalawat atasnya selama ia mengajarkan kebaikan untuk manusia. Mereka yang
memberi kabar gembira dengan karamah Allah ketika tidur, mati dan ketika
dibangkitkan. Merekalah yang membuatnya zuhud di dunia dan menjadikannya cinta
kepada akheratnya. Mereka yang mengingatkannya ketika ia lupa, yang
menggiatkannya ketika ia malas, dan menenangkannya ketika ia panik. Mereka yang
mengupayakan kebaikan dunia dan akheratnya. Merekalah para utusan Allah I dalam
mencipta dan mengurusnya. Mereka adalah safir (duta) penghubung antara Allah
dan hamba-Nya. Turun dengan perintah dari sisi-Nya di seluruh penjuru
alam, dan naik kepada-Nya dengan perintah (membawa urusan).” (Kitab Ighatsatul
Lahfan, II/125-126)
Sedangkan dalil-dalil keterangan di atas adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang tentunya amat panjang jika disebutkan, disamping memang dalil-dalil itu
terkenal dan masyhur. Wallohu a’lam.
N.
Keutamaan Malaikat
Malaikat-malaikat Allah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
1)
Allah Ta’ala
meng-idhofah-kan (menyandarkan) malaikat kepada Allah dengan idhoofatu
tasyriif (penyandaran yang menunjukkan kemuliaan), seperti dalam
firman-Nya,
مَنْ كَانَ
عَدُوًّا لِّلَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ
اللَّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ {98}
“Barangsiapa
yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al
Baqoroh:98)
ءَامَنَ الرَّسُولُ
بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ{285}
“Rasul telah
beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya…” (QS. Al Baqoroh 285). Karena
malaikat disandarkan pada Allah yang Maha Mulia, inilah yang menunjukkan
kemuliaannya. (ed)
2)
Allah menggandengkan persaksian
para malaikat dengan persaksian Allah, dan shalawat para malaikat dengan
shalawat Allah, seperti dalam firman-Nya,
شَهِدَ اللهُ
أَنَّهُ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا
بِالْقِسْطِ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {18}
“Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan
Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imron: 18)
3)
Allah menyifati para malaikat dengan mulia dan
kemuliaan. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ
الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ {26}
“Dan mereka
berkata:”Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai )anak. Maha Suci
Allah, sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan”
(QS. Al Anbiyaa’: 26)
4)
Allah menyifatinya dengan ketinggian dan
kedekatan, sebagaimana dalam firman Allah,
يَشْهَدُهُ
الْمُقَرَّبُونَ {21}
“ Yang
disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan kepada Allah.” (QS. Al
Muthaffifin:21)
O.
Buah Keimanan Kepada Malaikat
Keimanan seorang mukmin yang benar
terhadap malaikat akan membuahkan hal-hal berikut ini.
- Menambah ilmu tentang keagungan, kekuatan, dan kekuasaan Allah Ta’ala. Karena keagungan makhluk (malaikat, ed) menujukkan keagungan penciptanya.
- Bersyukur kepada Allah terhadap penjagaan-Nya terhadap manusia, karena di antara malaikat ada yang bertugas menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka, serta memberikan maslahat-maslahat (manfaat) yang lainnya bagi mereka.
- Muncul kecintaan kepada malaikat disebabkan ketaatan mereka beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsamin)
DAFTAR PUSTAKA