Rabu, 14 November 2012

Makalah Iman Kepada Malaikat

MAKALAH STUDI ISLAM 2
IMAN KEPADA PARA MALAIKAT
Dosen Pengampu : Abdul Mukhlis

                                                            Disusun Oleh:
1.      Lisana Mufida                   (11004188)
2.      Diana Sholikhah                (11004195)
3.      Ria Yulianti                       (11004197)
4.      Fitria Ukhti Hanifah         (11004198)
5.      Qiftiyatul Mukafidhoh     (11004204)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang           
Malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya kekuatan. Dalam ajaran agama islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui dari banyak malaikat yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui. Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman.
Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah.  Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kita mengimani malaikat ?
2.      Apa saja hal – hal yang perlu diketahui dalam megimani malaikat ?


C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian iman kepada malaikat.
2.      Menjelaskan cara mengimani malaikat.
3.      Menjelaskan apa saja hal – hal yang perlu diketahui dalam mengimani malaikat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.          
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

B.     Pengertian Malaikat
Menurut bahasa “ مَلَا ئِكَةٌ “ bentuk jama’ dari “ مَلَكٌ “. Disebutkan bahwa kalimat itu berasal dari kata “ أَلُوكَةُ “ (risalah), dan ada yang menyatakan dari “ لأَ كَ “ (mengutus), kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan Ar-Rasul dan ada pula yang berpendapat selain dari keduanya. Adapun menurut istilah, malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah  yang Ia ciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta mengerjakan semua tugas-tugasnya. Sebagaimana dijelaskan Allah  dalam firman-Nya:
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya, dan tiada (pula) mereka letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’: 19-20)
Juga sebagaimana firman Allah , “Dan mereka berkata, ‘Tiada yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’. Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tiada mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiya’: 26-27)
C.    Iman Kepada Malaikat
Salah satu makhluk Allah swt. yang diciptakan di alam ini adalah malaikat. Dia bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat dilihat ataupun disentuh dengan panca indra manusia. Sebagai muslim kita diwajibkan beriman kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk rukun iman yang kedua. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada malaikat berarti meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Allah. Dasar yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat berikut ini yang artinya:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.” (Q.S. Fatir: 1)
Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim tentang iman dan rukunnya. Dari Abdullah bin Umar, ketika diminta untuk menjelaskan iman, Rasulullah bersabda, “iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari akhir serta beriman kepada ketentuan (takdir) yang baik maupun yang buruk.” Dalam hadits tersebut, percaya kepada malaikat merupakan unsur kedua keimanan dalam Islam. Percaya kepada malaikat sangatlah penting karena akan dapat memurnikan dan membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik.
Dari ayat dan hadits di atas dapat diketahui bahwa beriman kepada malaikat merupakan perintah Allah dan menjadi salah satu syarat keimanan seseorang. Kita beriman kepada malaikat karena Al Qur’an dan Nabi memerintahkannya, sebagaimana kita beriman kepada Allah dan Nabi-Nya.
Beriman kepada Malaikat Meliputi Hal-hal Berikut Ini:
1.      Mengimani keberadaan para malaikat. Yakni para Malaikat itu termasuk alam ghaib, namun nyata adanya.
Para Malaikat itu juga memiliki fisik/jasad, sebagaimana dalam firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa (yang artinya):
“Segala puji hanya khusus bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Fathir: 1)
Maka termasuk kesalahan dalam beragama jika meyakini bahwa para Malaikat itu hanyalah simbol dari kekuatan maknawi, bukan makhluk yang memiliki substansi dan jasad.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan bahwa ketika beliau Isra` dan Mi’raj, di langit ketujuh diperlihatkan kepada beliau al-Baitul Ma’mur, yang di rumah suci tersebut para Malaikat beribadah di dalamnya. Setiap harinya 70.000 malaikat masuk  ke dalamnya kemudian keluar dan tidak pernah kembali lagi, demikian seterusnya setiap hari. Ini menunjukkan bahwa jumlah para Malaikat itu sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
2.       Mengimani nama-nama para Malaikat yang terdapat dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Seperti Malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, Munkar, Nakir, Malik, dan yang lainnya. Adapun yang tidak disebutkan namanya maka kita mengimani secara global bahwa mereka ada. Perlu diketahui, tidak semua Malaikat disebutkan namanya dalam Al-Qur`an atau hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan banyak pula yang hanya disebutkan sifat atau tugasnya, namun tidak disebutkan namanya.
Adapun nama ‘Izrail, yang dikenal sebagai malaikat pencabut nyawa, maka nama tersebut tidak ada dasarnya dari Al-Qur`an maupun dari hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Nama ‘Izrail berasal dari sumber Israiliyyat (riwayat-riwayat Bani Israil). Dalam Al-Qur`an disebut “Malakul Maut” (QS. As-Sajdah: 11).
3.       Mengimani sifat-sifat para Malaikat sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Seperti Malaikat Jibril ‘alaihis salaam yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa sebutkan sifat-sifatnya dalam Al-Qur`an sebagai malaikat yang mulia, kuat, berwibawa, terpercaya, dan memiliki bentuk yang indah.
“Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (At-Takwir: 19-21)
“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai bentuk yang indah; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (An-Najm: 5-6)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan bahwa beliau pernah menyaksikan Jibril dalam wujud aslinya yang memiliki 600 sayap (HR. al-Bukhari 3232, Muslim 147). Dari sayap tersebut bertebaran aneka warna yang merupakan mutiara-mutiara indah dan batu-batu yakut!! (HR. al-Baihaqi dalam Dala`il an-Nubuwwah II/372).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang para Malaikat pemikul ‘Arsy, bahwa mereka memiliki fisik yang sangat besar, jarak antara cuping telinga dengan pundaknya adalah sejauh perjalanan 700 tahun !! (HR. Abu Dawud 4727, al-Baihaqi dalam al-Asma’ wa ash-Shifat 846) 
4.       Mengimani tugas-tugas Malaikat yang disebutkan dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa adalah Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Kuasa, yang sama sekali tidak butuh bantuan siapapun dalam mengurus alam semesta ini. Namun  dengan segala hikmah-Nya, Allah subhaanahu wa ta’aalaa menghendaki dan memerintahkan para Malaikat untuk mengurus beberapa urusan di alam semesta dengan izin-Nya. Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada para rasul, yang dengannya terwujud kehidupan hati dan ruh. Mikail bertugas mengurus hujan, yang dengannya terwujud kehidupan badan. Israfil bertugas meniup sangkakala, yang dengannya terwujud kehidupan kembali (kebangkitan) setelah kematian. Tiga malaikat ini merupakan malaikat yang terbesar dan paling utama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu do’a iftitah yang dibaca pada shalat malam mengatakan:
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ، عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
“Ya Allah, Rabb yang mengatur Jibril, Mikail, dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Maha Mengetahui yang ghaib maupun yang tampak … “ (HR. Muslim 770). Di antara ketiga malaikat tersebut, yang paling utama adalah Jibril.
Malik bertugas mengurus neraka, ada juga malaikat yang mengurus jannah (surga), disebutkan dia bernama Ridwan. Malakul Maut bertugas mencabut nyawa. Ada juga para malaikat yang bertugas memikul ‘Arsy.
Di antara para malaikat tersebut ada pula yang ditugaskan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa untuk mengurus manusia, sehingga malaikat memiliki hubungan yang sangat erat dengan umat manusia. Para malaikat adalah makhluk yang sangat menginginkan kebaikan dan keselamatan untuk manusia. Berbeda dengan syaithan, makhluk yang sangat menginginkan kejelekan dan kecelakaan bagi umat manusia. Oleh karena itu, banyak dalil-dalil yang menyebutkan bahwa para malaikat mendoakan kaum mukminin, di antaranya:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabb mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan jagalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” (Ghafir : 7)
Termasuk pada saat yang kritis/genting, yakni ketika sakaratul maut, para malaikat turun memberikan dukungan kepada orang beriman. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergemberilah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kami (para malaikat) adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.“ (Fushshilat: 30-31)
Bahkan di jannah (surga) kelak, para malaikat akan mengucapkan salam kepada kaum mukminin penghuni jannah. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (yang artinya):
وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ  سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka (jannah) dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian). Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 23-24)
D.    Batasan Minimal Iman kepada Malaikat
Syaikh Shalih bin `Abdul `Aziz Alu Syaikh hafidzahullah mengatakan: “Batas minimal (iman kepada malaikat) adalah keimanan bahwasanya Allah menciptakan makhluk yang bernama malaikat. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa taat kepada-Nya. Mereka merupakan makhluk yang diatur sehingga tidak berhak diibadahi sama sekali. Diantara mereka ada malaikat yang ditugasi untuk menyampaikan wahyu kepada para Nabi.” (Syarh Arbain Syaikh Shalih Alu Syaikh)
E.     Bertambah Iman Seiring dengan Bertambahnya Ilmu
Setelah itu, setiap kali bertambah ilmu seseorang tentang rincian hal tersebut (malaikat), wajib baginya mengimaninya. Dengan begitu, maka imannya akan bertambah. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah: 124)
F.     Hakikat malaikat
Syaikh DR. Muhammad bin `Abdul Wahhab al-`Aqiil mengatakan, “Dalil-dalil dari al-Qur`an, as-Sunnah, dan ijma` (kesepakatan) kaum muslimin (tentang malaikat) menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
  • Malaikat merupakan salah satu makhluk di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah.
  • Allah menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah menciptakan jin dan manusia juga untuk beribadah kepada-Nya semata.
  • Mereka adalah makhluk yang hidup, berakal, dan dapat berbicara.
  • Malaikat hidup di alam yang berbeda dengan alam jin dan manusia. Mereka hidup di alam yang mulia lagi suci, yang Allah memilih tempat tersebut di dunia karena kedekatannya, dan untuk melaksanakan perintah-Nya, baik perintah yang yang bersifat kauniyyah, maupun syar`iyyah.
Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan: ‘Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada Allah’, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.” (QS. Al-Anbiyaa`: 26 – 29)
G.    Asal Penciptaan Malaikat
Allah Ta`ala menciptakan malaikat dari cahaya. Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam hadits dari Ummul Mu`minin `Aisyah radhiyallah `anha, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya.” (HR. Muslim)
H.    Wujud Malaikat
Termasuk syarat sah keimanan seseorang kepada malaikat adalah mengimani wujud (keberadaan) malaikat. Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari cahaya. Wujud mereka benar-benar ada, tidak sebagaimana keyakinan orang-orang yang sesat. Mereka mengingkari tentang keberadaan malaikat sebagai makhluk (mereka mengingkari jism malaikat). Mereka mengatakan bahwa malaikat hanyalah kiasan dari kekuatan maknawi berupa kekuatan baik yang tersembunyi dalam diri para makhluk. Anggapan seperti ini berarti mereka telah mendustakan Al Quran, hadist-hadist Nabi yang shahih, dan ijmaa’ (kesepakatan) kaum muslimin. Padalah Allah Ta’ala berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً أُوْلِى أَجْنِحَةٍ مَّثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَايَشَآءُ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Faathir:1)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلاَئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) :”Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar” (QS. Al Anfaal:50)
Di dalam shahih Bukhari juga disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasanya Allah mencintai fulan maka cintailah fulan, dan Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril pun mengumumkan kepada penghun langit bahwasnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan. Kemudian dikabulkanlah permohonanya di dunia” (H.R. Bukhori)
Dalil-dalil di atas secara gamblang menjelaskan bahwa malaikat itu makhluk yang diciptakan Allah (berjism) dan bukanlah kekuatan maknawi sebagaiamana anggapan orang-orang sesat, dan kaum muslimin telah ijma’ (bersepakat) berdasarkan dalil-dalil tersebut. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu Utsaimin)
I.       Jumlah Malaikat
Jumlah mereka sangat banyak. Hanya Allah saja yang tahu berapa banyak jumlah mereka. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (QS. Al-Muddatstsir: 31) Ketika Rasulullah  shallallahu `alaihi wa sallammelakukan Isra` Mi`raj, berkata Jibril `alaihis salam kepada beliau: “Ini adalah Baitul Ma`mur. Setiap hari shalat di dalamnya 70 ribu malaikat. Jika mereka telah keluar, maka mereka tidak kembali lagi…. ” (Muttafaqun `alaihi)
J.      Sifat  Malaikat
Untuk mengenal malaikat, maka kita perlu mengenal sifat-sifatnya, yang dapat kita ketahui melalui Al Qur’an. Sifat-sifat malaikat tersebut antara lain :
·         Malaikat diciptakan dari cahaya.
"Para malaikat diciptakan Allah dari cahaya, dan diciptakan-Nya jin dari api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang dijelaskan pada kalian." (HR. Muslim dari Aisyah r.a.)
Karena malaikat diciptakan dari cahaya, maka mereka tentu mewarisi sifat cahaya, sebagaimana manusia mewarisi sifat tanah. Para malaikat tidak bisa kita lihat, dan mampu bergerak secepat cahaya.
  • Malaikat mempunyai kemampuan yang luar biasa dengan ijin-Nya.
Diantara kemampuan malaikat, mereka bisa berubah wujud, bahkan mampu mengangkat singgasana (‘arsy) Allah.
"…Dan, pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka." (Al Haqqah : 16)
  • Para malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia.
Hal ini nampak dengan jelas tersirat pada surat Al Baqarah 30;
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpankan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
  • Malaikat selalu patuh dan taat kepada Allah.
Mereka senantiasa bertaqarrub kepada Allah dan sangat takut kepada-Nya.
"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah daan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud." [Al A’raf : 206]
  • Malaikat dijadikan Allah sebagai penyampai wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
"Dia menurunkan para malaikat dengan membawa wahyu dengan perintahNya, kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya; ‘Peringatkanlah olehmu sekalian bahwasanya tidaak ada Tuhan yang hak melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku’."(An Nahl : 2)
  • Diantara para malakiat ada yang bertugas menyertai manusia.
Salah satu tugas malaikat tersebut adalah mencatat perbuatan orang-orang mukallaf, tanpa lalai sedikit pun.
"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lainnya duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." [QS. Qaaf: 17-18]
Selain itu ada pula malaikat yang menjaga kita dari bencana atau dampak negatif.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…"[Ar-Ra’d : 11]
  • Jumlah malaikat sangatlah banyak, tiada yang mengetahui kecuali Dia.
" …Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri …" [Al Muddatstsir : 31]
Bahkan dalam sebuah hadits shahih, dikisahkan Rasulullah bersabda : "Bisinglajh (suasana) di langit, dan memang sudah semestinya demikian, Tidaklah ada tempat pijakan telapak kaki kecuali terdapat padanya malaikat bersujud atau beruku’." (HR, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ath Thabari, dsb.)
K.    Ke-ma`shum-an Malaikat
Allah Ta`ala telah manjadikan malaikat sebagai makhluk yang ma`shum, dimana  mereka tidak akan pernah bermaksiat kepada-Nya. Allah Ta`alaberfirman: “Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’, Maha Suci Allah….” (lihat QS. Al-Anbiyaa`: 26 – 29 di atas)
L.     Macam-macam malaikat dan tugasnya
Malaikat adalah hamba Allah  yang dimuliakan dan utusan Allah  yang dipercaya. Allah  menciptakan mereka khusus untuk beribadah kepada-Nya. Mereka bukanlah putra-putri Allah  dan bukan pula putra-putri selain Allah . Mereka membawa risalah Allah , dan menunaikan tugas masing-masing di alam ini. Mereka juga bermacam-macam, dan masing-masing mempunyai tugas-tugas khusus. Di antara mereka adalah:
1)      Malaikat yang ditugasi menyampaikan (membawa) wahyu Allah  kepada Rasul-Nya . Ia adalah Ar-Ruh Al-Amin atau Jibril .
Allah  berfirman:
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS. Asy-Syu’ara: 193-194)
Allah  menyifati Jibril  dalam tugasnya menyampaikan Al-Qur’an dengan sifat-sifat yang penuh pujian dan sanjungan:
“Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS. At-Takwir: 19-21)
2)      Malaikat yang diserahi urusan hujan dan pembagiannya menurut kehendak Allah .
Hal ini ditunjukkan oleh hadits Muslim dan Abu Hurairah , dari Nabi , beliau bersabda:
“Tatkala seorang laki-laki berada di tengah lapang (gurun) dia mendengar suara di awan, ‘Siramilah kebun fulan’, maka menjauhlah awan tersebut kemudian menumpahkan air di suatu tanah yang berbatu hitam, maka saluran air di situ –dari saluran-saluran yang ada- telah memuat air seluruhnya…” (HR. Muslim, 4/2288).
Ini menunjukkan bahwa curah hujan yang dilakukan malaikat sesuai dengan kehendak Allah.
3)      Malaikat yang diserahi terompet shur (sebagaimana yang ditafsirkan Rasulullah adalah tanduk yang ditiup), yaitu Israfil .
Ia meniupnya sesuai dengan perintah Allah  dengan tiga kali tiupan; Tiupan Faza’ (ketakutan), Tiupan Sha’aq (kematian), dan Tiupan Ba’ts (kebangkitan). Begitulah yang disebut Ibnu Jarir dan mufassir lainnya ketika menafsiri firman Allah :
“…di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan Nampak, dan Dialah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 73)
Dan firman Allah :
“…kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (QS. Al-Kahfi: 99)
Dan ayat-ayat lainnya yang ada sebutan, “an-nafkhu fishshur” (meniup terompet).
4)      Malaikat yang ditugasi mencabut ruh, yakni malaikat maut dan rekan-rekannya.
Tentang tugas malaikat ini Allah  berfirman:
“Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)
Allah  juga berfirman, “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS. Al-An’am: 61)
5)      Para malaikat penjaga Surga.
Allah  mengabarkan mereka ketika menjelaskan perjalanan orang-orang bertakwa dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. (QS. Az-Zumar: 73)
6)      Para malaikat penjaga Neraka Jahannam, mereka itu adalah Zabaniyah.
Para pemimpinnya ada 19 dan pemukanya adalah malaikat Malik . Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah  ketika menyifati Neraka Saqar:
“Tahukah kamu Apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat.” (QS. Al-Mudatstsir: 27-31)
Dan Allah  bercerita tentang penduduk Neraka:
“Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja’. Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini).” (QS. Az-Zukhruf: 77)
7)      Para malaikat yang ditugaskan menjaga seorang hamba dalam segala keadaan/ihwalnya.
Mereka adalah (malaikat) Mu’aqqibat, sebagaimana yang diberitakan Allah  dalam firman-Nya:
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar-Ra’d: 10-11)
Dan firman Allah :
“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga…” (QS. Al-An’am: 61)
8)      Para malaikat yang ditugaskan mengawasi amal seorang hamba, amal yang baik maupun amal yang buruk.
Mereka adalah Al-Kiram Al-Katibun (para pencatat yang mulia). Mereka masuk dalam golongan Hafadzhah (para penjaga), sebagaimana firman Allah :
“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? sebenarnya (kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 80)
Allah  juga menyatakan, “(Yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18)
Juga, “Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12)
Dan ayat-ayat serta hadits-hadits yang menyebut tentang mereka banyak sekali.
Perbedaan malaikat, jin, syetan, dan iblis
Malaikat
Jin
Syetan
Iblis
Makhluq yang selalu taat kepada Allah
Ada yang taat dan ada yang tidak
Tidak taat dan membangkang kepada Allah
Iblis adalah nenek moyang dari syetan, yang Allah usir dari surga. Sifat-sifat Iblis sama dengan syetan.
Berbuat kebajikan, beribadah kepada Allah
Ada yang beribadah dan beriman, ada juga yang kufur
Kufur, mengajak berbuat dosa dan melanggar perintah Allah

Diciptakan dari Nur (cahaya)
Diciptakan dari api
Diciptakan dari api

Tidak makan-minum, tidak tidur, tidak beranak
Makan-minum, tidur, dan beranak
Makan-minum, tidur, dan beranak


M.   Hubungan malaikat dengan manusia
Allah  mewakilkan kepada malaikat urusan semua makhluk termasuk urusan manusia. Jadi mereka mempunyai hubungan yang erat dengan manusia semenjak ia berupa sperma. Hubungan ini dijelaskan Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “Ightsatul Lahfan”, beliau berkata, “…mereka diserahi urusan penciptaan manusia dari satu fase ke fase yang lain, pembentukannya, penjagaannya dalam tiga lapis kegelapan (yaitu pembungkus janin dalam rahim; dua khusus janin dan ketiga khusus rahim. Ketiga lapis itu adalah saqith, kuriyan dan aminus. Ketiganya berfungsi mencegah suara, cahaya dan panas sampai kepada janin, pen), penulisan rizqi, amal, ajal, nasib celaka dan bahagianya, menyertainya dalam segala ihwalnya, perhitungan ucapan dan perbuatannya, penjagaannya dalam hidupnya, pencabutan ruhnya ketika meninggal, pembawa ruhnya ketika meninggal, pembawa ruhnya ketika untuk diperlihatkan kepada Penciptanya.
Para malaikat-lah yang ditugasi mengurus adzab dan nikmat dalam barzakh dan sesudah kebangkitan. Mereka ditugasi membuat alat-alat kenikmatan dan adzab. Mereka yang meneguhkan (iman) bagi hamba yang mukmin dengan izin Allah , yang mengajarkan baginya apa yang bermanfaat, yang berperang membelanya. Merekalah para walinya (penolongnya) di dunia dan di akherat. Mereka yang menjajikannya kebaikan dan mengajak kepadanya, melarang kejahatan serta memperingatkannya. Maka mereka adalah wali dan ansharnya, penjaga dan mu’allim (pengajar)-nya, penasihat yang berdo’da dan beristighfar untuknya, yang selalu bershalawat atasnya selama ia mengajarkan kebaikan untuk manusia. Mereka yang memberi kabar gembira dengan karamah Allah  ketika tidur, mati dan ketika dibangkitkan. Merekalah yang membuatnya zuhud di dunia dan menjadikannya cinta kepada akheratnya. Mereka yang mengingatkannya ketika ia lupa, yang menggiatkannya ketika ia malas, dan menenangkannya ketika ia panik. Mereka yang mengupayakan kebaikan dunia dan akheratnya. Merekalah para utusan Allah I dalam mencipta dan mengurusnya. Mereka adalah safir (duta) penghubung antara Allah  dan hamba-Nya. Turun dengan perintah dari sisi-Nya di seluruh penjuru alam, dan naik kepada-Nya dengan perintah (membawa urusan).” (Kitab Ighatsatul Lahfan, II/125-126)
Sedangkan dalil-dalil keterangan di atas adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah yang tentunya amat panjang jika disebutkan, disamping memang dalil-dalil itu terkenal dan masyhur. Wallohu a’lam.
N.    Keutamaan Malaikat
Malaikat-malaikat Allah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
1)      Allah Ta’ala meng-idhofah-kan (menyandarkan) malaikat kepada Allah dengan idhoofatu tasyriif (penyandaran yang menunjukkan kemuliaan), seperti dalam firman-Nya,
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ {98}
Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al Baqoroh:98)
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ{285}
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya…” (QS. Al Baqoroh 285). Karena malaikat disandarkan pada Allah yang Maha Mulia, inilah yang menunjukkan kemuliaannya. (ed)
2)      Allah menggandengkan persaksian para malaikat dengan persaksian Allah, dan shalawat para malaikat dengan shalawat Allah, seperti dalam firman-Nya,
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا بِالْقِسْطِ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {18}
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imron: 18)
3)       Allah menyifati para malaikat dengan mulia dan kemuliaan. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ {26}
Dan mereka berkata:”Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai )anak. Maha Suci Allah, sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan” (QS. Al Anbiyaa’: 26)
4)       Allah menyifatinya dengan ketinggian dan kedekatan, sebagaimana dalam firman Allah,
يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ {21}
Yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan kepada Allah.” (QS. Al Muthaffifin:21)
O.    Buah Keimanan Kepada Malaikat
Keimanan seorang mukmin yang benar terhadap malaikat akan membuahkan hal-hal berikut ini.
  1. Menambah ilmu tentang keagungan, kekuatan, dan kekuasaan Allah Ta’ala. Karena keagungan makhluk (malaikat, ed) menujukkan keagungan penciptanya.
  2. Bersyukur kepada Allah terhadap penjagaan-Nya terhadap manusia, karena di antara malaikat ada yang bertugas menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka, serta memberikan maslahat-maslahat (manfaat) yang lainnya bagi mereka.
  3. Muncul kecintaan kepada malaikat disebabkan ketaatan mereka beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsamin)











DAFTAR PUSTAKA